4 Mei 2012
Alarm ku berbunyi di pagi ini pada
pukul 06.00 lalu aku pun langsung bangkit bangun dan berdoa terlebih dahulu
untuk berterimakasih dan meminta kelancaran kegiatan pada hari ini. Hari ini,
memang sudah aku rencanakan semenjak seminggu yang lalu untuk melakukan tugas
observasi yang diberikan oleh KOMJAK. Berencana akan pergi bersama dengan kak
Fani, salah satu teman kelompok observasi ku tetapi ternyata kak Fani berhalangan di hari ini. Yup, dan
jadilah hari ini aku pergi sendiri tanpa mengetahui arah yang jelas.
Jam 07.00 aku sudah berada di halte
busway Yos Sudarso, daerah Sunter mengenakan kaos tipis, celana pendek dan
sandal jepit sambil menunggu busway datang dan segera menuju ke halte Busway
Grogol setelah sempat transit di halte busway Cempaka Mas. Pagi ini sesak
sekali betapa banyak penumpang dan berdesak desakan. Orang orang pun sepertinya
memerhatikan ku dengan aneh karena aku berpakaian sangat ala kadarnya dimana
semua orang berpakaian batik dengan rapih. Selama 2 jam berdiri di busway,
akhirnya aku sampai juga di halte busway Grogol. Aku langsung bergegas menuju
terminal yang berada di dekat halte busway dan mencari tahu angkot yang
mengarah ke Muara Angke. Setelah bertanya ke pedagang sekitar terminal aku pun
menaiki angkot 01 yg mengarah ke Muara Angke. Setelah 1 jam perjalanan, tiba
tiba bau asin menyergap di hidung ku dan tak berapa lama kemudian aku pun
sampai di terminal Muara Angke.
Turun dari angkot lalu saya melihat
tukang ojek di dekat terminal, bertanya apakah mereka tahu dan kenal pengupas
kerang di sekitar Muara Angke. Pak Aman pun menawari ku jasa ojek sepeda nya
karena tempat nya dikatakan jauh dan ada tanjakan yang tidak sanggup dilalui
oleh motor dan odong odong. Aku pun tidak dapat melakukan tawar menawar ketika
diberitahu jasa ojek sepeda nya sebesar Rp 8000 karena jarak tempuh yang jauh
dan sudah biasa katanya. Aku pun terpaksa menurut dan naiklah aku ke sepeda
yang sudah tua itu tapi masih sangat kuat untuk membonceng ku di belakangnya.
Selama perjalanan dengan menaiki sepeda saya melihat pemandangan sekitar.
Terlihat jauh di sana bangunan megah berdiri dengan kokoh dan megah tetapi di
tempat aku sekarang berjalan sangatlah berantakan, panas, kotor dan tidak
tertatata rapih. Ternyata seperti ini ya wajah pinggiran kota Jakarta? Sungguh
berbeda 180 derajat dari bangunan megah yang aku liat jauh di sana. Tiba tiba
bau asin pun semakin menyengat, tetapi bau asin yang segar bukan bau asin yang
amis. Ternyata ratusan ikan sedang dijemur. Entah kenapa, hati ku senang
melihat nya. Mungkin karena hal kecil tapi nyata yang tidak pernah terlihat di
kota sana.
Setelah sekitar 10 menit menaiki
sepeda aku pun sampai di tempat pengupas kerang yang ditunjuk oleh Pak Aman.
Pak Aman tidak langsung meninggalkan ku di pinggir jalan tetapi ikut menemaniku
berjalan memasuki daerah pengupas kerang. Ketika aku memasuki jalanan kecil aku
melihat serpihan serpihan kecil yang berkilauan pelangi karena terkena sinar
matahari. Semakin masuk ke dalam akhirnya aku sampai di tempat pengupas kerang.
Banyak sampah kerang bertaburan diman mana dan didiamkan begitu saja.
Sepertinya mereka memang tidak membuangnya ke tempat sampah dan hanya
membiarkannya dan diinjak begitu saja jika dilewati. Ketika mencari orang di sekitar
yang ada hanyalah sepi. Ternyata memang belum ada kapal yang datang karena
memang sedang sulit mencari kerang dan tidak dapat terlalu banyak.
Tiba tiba
Pak Aman mengajak ku ke tempat pengupas kerang yang lain nya yang tidak jauh
dari tempat pengupas kerang yang pertama. Ketika aku sampai memang baru ada
kapal yang merapat dan segera memindahkan kerang ke dalam 2 drum yang besar.
Bapak bapak nelayan itu pun menyambut ku dengan hangat dan mengijinkanku untuk
melihat lihat mereka serta membantu mereka. Lalu kerang kerang itu pun dibawa
ke sebuah tungku dan segera api nya dinyalakan untuk memanaskan kerang kerang
nya. Tetapi dibagian atas kerang ditutupi dengan kain karung. Pak Aman pun
menjelaskan bahwa mereka sedang merebus kerang supaya kerang nya dapat dikupas
dengan mudah nantinya.
Masih pukul
10.15 tiba tiba Pak Aman pun mengajak aku berkali kali untuk beristirahat saja
di gubuk nya karena kegiatan mengupas kerang masih sangat lama dimulai. Berkali
kali diajak dan berkali kali juga aku menolak dengan halus. Aku memilih untuk
duduk duduk saja terlebih dahulu di pinggir dermaga sembari menghirup bau asin
laut dan bau amis sampah kerang yang begitu menyengat menghampiri hidungku. Aku
pun melihat laut yang begitu hitam kotor seperti tak ada harapan untuk kembali
membuat nya jernih. Aku hanya bisa memandangnya dengan melamun serta berpikir.
Tiba tiba aku dikagetkan kembali
oleh Pak Aman dan megajakku ke tempat tungku agar aku melihat proses perebusan
kerang itu. Ternyata lama kelamaan karung yang menyelimuti kerang kerang itu
naik meluap menandakan kerang kerang sudah mulai matang dan ter rebus
didalamnya. Tak berapa lama kemudian pun
kerang itu digotong ke tempat pengupasan yang sudah digelar kain karung
seadanya dan 2 drum kerang yang telah direbus itu pun ditumpahkan dari drum ke
kain karung tersebut. Uap pun mengepul menandakan betapa panasnya kerang kerang
itu direbus.
Aku pun diajak duduk oleh seorang
wanita muda untuk duduk dan aku pun duduk di dekatnya. Aku pun berkenalan
dengan wanita muda itu yang ternyata bernama Kartini dan ternyata Kartini masih
berumur 19 tahun, umur yang sama denganku. Hal yang membuat ku lebih terkaget
kaget lagi adalah ternyata mbak Kartini sudah menikah dengan salah satu nelayan
pengupas kerang tadi yang bernama mas Rahmat. Mbak Kartini memang disuruh cepat
menikah oleh orang tuanya dan mbak Kartini pun menurut saja apa yang diminta
oleh ibunya untuk segera menikah dengan mas Rahmat karena mereka pun sudah
berpacaran lama. Untung nya mereka belum memiliki anak karena mbak Kartini
memilih untuk ber-KB terlebih dahulu. Mungkin maksudnya agar ada tabungan untuk
anak nya di masa yag akan datang.
Aku pun membantu mengupas kerang
walaupun bau amis menusuk hidung ku. Ternyata asik juga mengupasi nya. Kulit
kerang nya begitu besar dan tebal tetapi daging kerang nya sangat kecil sekali.
Aku pun dipersilahkan untuk mencicipi kerang nya karena sudah matang dan
ternyata rasanya enak sekali walaupun belum diberi bumbu apapun. Usut mengusut
aku pun bertanya perlahan mengenai penghasilan dari hasil mengambil dan
mengupas kerang ini dan mbak Kartini cukup bercerita dengan lancar. 1 ember
kerang utuh itu harganya Rp 25.000 Tadi ad 2 drum dan aku menghitung 2 drum itu
berisi 6 ember kerang. 1kg kerang yang sudah dikupasi harganya hanya Rp 15.000
Karena kerang nya kecil kecil seperti itu pasti jumlah berat yang didapat pun
sangat sedikit. Mbak Kartini menjelaskan,biasanya mereka bisa mendapatkan 4
drum kerang setiap harinya. Tetapi karena beberapa hari terakhir ini perusahaan
industry di sekitar Muara angke sedang banyak membuang limbah ke lau jadinya
kerang yang hidup dan bisa diambil pun sangat sedikit. Sungguh menyedihkan
perbuatan manusia. Hidup orang kecil yang hanya bergantung dari alam pun
semakin susah saja.
Pengeluaran kebutuhan rumah tangga
mbak Kartini dan suami nya selama 1 hari dapat mencapai Rp 50.000 Mereka sangat
pas pasan untuk hidup dengan peghasilan kerang yang seadanya itu. Belum lagi
dengan biaya bensin dann perawatan kapal. Tetapi beberapa kali mbak Kartini
bekerja di restoran sekitar Muara Angke dan hanya digaji Rp 30.000 setiap 1
shift. Jadi dapat aku simpulkan pendapatan dan pengeluaran mereka sangatlah pas
pasan untuk hidup yang serba cukup.
Ketika mbak Kartini bercerita hal
lainnya dengan aku, aku pun memutuskan untuk cepat pulang demi keamanan diri ku
sendiri karena ternyata Pak Aman tadi bukan orang baik dan memiliki maksud yang
tidak baik dan berbohong jika hanya sepeda yang merupakan angkutan umum
melewati daerah itu. Aku pun langsung dicarikan odong odong oleh mbak Kartini
sebelum Pak Aman akan menemui aku kembali karena Pak Aman berencana akan
menjemput aku untuk diantar ke terminal. Odong odong pun segera menuju terminal dan aku langsung
mencari angkutan untuk kembali pulang ke Sunter. Tak lupa saya berpamitan dan
mengucapkan banyak berterimakasih kepada mbak Kartini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar